Perawat Indonesia doyan Keluar Indonesia

Oleh: Wildana, 27 Desember 2018| Pukul 14.53 WITA

Banyak yang bilang bahwa perawat adalah asisten dokter, profesi yang tidak dihargai dan gajinya tidak lebih tinggi dari cleaning service. Tidak ada yang salah dengan pernyataan tersebut. Di Indonesia, sekitar 60% tenaga kesehatan adalah seorang perawat. Nasib seorang perawat di negara ini memang sangat miris, dimana perawat bekerja dalam kondisi  kerja yang kurang baik, resiko kerja yang tinggi, dan beban kerja yang berat namun dibayarkan dengan gaji rendah dan kesejahteraannya terabaikan. Semua keadaan ini menjadi tantangan yang besar bagi masyarakat Indonesia karena dapat mengakibatkan terjadinya keterbatasan jumlah perawat. Kebanyakan perawat di Indonesia lebih memilih migrasi ke negara lain seperti Jepang, Qatar, atau Arab yang dianggap lebih menghargai profesi mereka sebagai perawat dengan digaji berpuluh kali lipat dari gaji yang didapatkan di Indonesia. Kita memang seperti di anak tirikan di negara sendiri tapi begitu dihargai di negara orang lain.

Perawat di luar negeri merupakan profesi yang sangat dihargai. Masyarakat disana menghargai perawat setara dengan dokter. Pasien dan perawat saling percaya satu sama lain. Kebanyakan perawat di luar negeri misalnya di Jepang, tidak ada yang terkesan “Seram” atau “Jutek” seperti di Indonesia. Sistem pelayanan kesehatan di setiap Rumah Sakit sudah baik, orang sakit dilakukan sebagaimana semestinya dan dilatih sendiri. Pasien tidak akan merasa berbeda karena kondisi kesehatannya yang menurun, mereka masih bisa jalan-jalan sendiri tanpa selalu didampingi oleh perawat sehingga perawat bisa mengerjakan tugas lain tanpa harus selalu berada disamping pasien. Ternyata, terdapat beberapa perbedaan antara pelayanan kesehatan perawat di Indonesia dan di luar negeri yang membuat perawat Indonesia lebih memilih bekerja disana, yang pertama dan paling utama ialah perawat di luar negeri misalnya Jepang digaji sekitar 21-30 juta perbulan sedangkan di Indonesia perawat di gaji hanya sekitar 4-7 juta. Dengan gaji rendah, tentu saja para perawat lebih memilih untuk bekerja ke negeri orang. Yang kedua, perawat di luar negeri memberlakukan 5 hari kerja 2 hari libur dengan 2 shift (pagi dan malam) dan saat dinas, perawat akan berganti-gantian untuk beristirahat selama 1 jam terserah mau digunakan untuk makan, tidur, atau jungkir balik, intinya waktu istirahat ya istirahat. Sedangkan di Indonesia perawat tidak mengenal hari libur, 7 hari digunakan untuk bekerja dengan pembagian 3 shift (pagi, siang, dan malam) yang kadang jadwal istirahatnya tidak jelas. Selanjutnya, fasilitas peralatan penunjang pelayanan keperawatan di luar negeri kebanyakan sudah sangat lengkap di setiap Rumah Sakit sehingga perawat merasa nyaman untuk melakukan tindakan dan pelayanan kesehatan menjadi berkualitas sedangkan peralatan penunjang di Indonesia masih belum lengkap di setiap Rumah Sakit sehingga pelayanan tindakan keperawatan tidak begitu berkualitas. Dan perbedaan terakhir, perawat di luar negeri dituntut lebih berkompetensi seperti memiliki pengetahuan klinis yang memadai tentang patofisiologi penyakit, gejala klinis penyakit, pemeriksaan penunjang dan kebutuhan perawatan apa yang dibutuhkan sesuai kondisi klinis pasien sehingga si perawat dapat dipercaya untuk memberikan tindakan mandiri, berbeda halnya di Indonesia, perawat tidak begitu diperhatikan seberapa besar kompetensi yang dimiliki, perawat juga belum begitu dipercaya melakukan tindakan mandiri dan di cap sebagai asisten dokter dimana setiap tindakan tergantung pada permintaan dokter.

Jika masyarakat indonesia membiarkan perawat Indonesia merasa nyaman di negeri orang, sepertinya perawat Indonesia akan segera habis. Apalagi, sekarang calon legislatif lagi viral. Mengobral janji-janji manis untuk memberikan kesejahteraan bagi tenaga kesehatan. Tetapi hasilnya masih nol besar. Kita butuh para politisi perawat yang memiliki jiwa pembelaan untuk profesi perawat, dan memperjuangkan nasib perawat terutama dalam hal gaji yang diterima harus sesuai dengan beban kerja dan resiko kesehatan si perawat. Ketika kesejahteraan perawat di Indonesia diperhatikan, mereka tidak akan tertarik ke luar negeri. Jadi, wahai penduduk Indonesia, Mari memberikan kenyamanan pada perawat Indonesia:)

 

Tinggalkan komentar