Sang Pengejar Deadline

Oleh : Nurhilmi Halisa Rusde
10 April 2018|23:04 WITA

 

Deadline adalah suatu kata yang amat sangat populer di lingkungan pendidikan maupun lingkungan kerja. Kata deadline ini diadopsi dari bahasa inggris yang artinya tenggat waktu penyelesaian tugas atau semacamnya. Dalam dunia perkuliahan, tugas yang begitu seabrek adalah suatu hal yang biasa. Menumpuknya tugas tersebut bukan karena para dosen yang terus menerus tak mengenal lelah dalam memberikan tugas hanya saja terkadang para mahasiswa tak memanfaatkan waktu yang ada. Dosen dalam memberi tugas tidak dengan serta merta langsung memberikan tugas yang begitu banyak tetapi dalam porsi tertentu yang dibarengi dengan pemberian tenggat waktu sehari dan apabila tugas yang diberikan cukup sulit maka dosen akan memberikan beberapa hari sebagai kesempatan dalam mengerjakan tugas tersebut dan menentukan deadline kurang lebih satu minggu atau lebih bahkan ada yang sampai lebih dari 1 bulan lamanya hanya untuk memberikan kompensasi pada mahasiswa dalam mengerjakan tugas tersebut. Dengan harapan para mahasiswa akan mengerjakannya dengan baik dan hasilnyapun akan memuaskan. Saya sebagai penulis dari tulisan ini bukan untuk berpihak pada siapapun hanya saja saya ingin berbagi tentang kesadaran dalam menghargai kesempatan atau waktu.

Dari beberapa pengalaman yang saya alami selama ini, bisa dihitung jari saya bisa menyelesaikan dan mengumpulkan tugas sebelum deadlinenya tiba. Maka dari itu saya menulis tulisan ini sebagai refleksi diri dan motivasi untuk diri sendiri bagaimana memaknai waktu yang terlewat begitu saja. Bagaimana dalam menghargai berbagai macam kesempatan yang ada dan bagaimana menumbuhkan kesadaran akan pentingnya sifat disiplin khususnya disiplin waktu. Berbagai macam alasan akan terlontar dari bibir saya jika ada yang bertanya mengapa baru dikerja saat deadlinenya sudah tiba begini?. Salah satu alasan yang paling sering saya jadikan patokan adalah terlalu sibuk dengan laporan. Padahal jika ditilik dari waktu-waktu yang terlewat ada banyak waktu yang terbuang sia-sia hanya karena memainkan hp dan hal yang tak berfaedah lainnya. Memang kalimat penyesalan ada dibelakang itu tak ada matinya. Istilah tiba masa tiba akan seakan semakin populer dizaman modern ini. Apalagi dizaman yang modern ini kita sangat dimanjakan dengan berbagai macam aplikasi yang membutakan, memainkannya tak bisa mengingat waktu yang sedang berjalan. Padahal jika memang kita sadar akan kewajiban diri sendiri maka harusnya dengan kecanggihan teknologi malah akan membuat kita makin unggul. Tapi nyatanya tidak untuk sebagian kaum intelektual zaman sekarang.

Kata deadline bagaikan kata horror yang akan sangat menghantui jika sudah ada didepan mata. Tugas yang begitu menumpuk yang harus diselesaikan dalam satu hari akan dikerjakan secara terburu-buru. Sehingga hasilnya akan sangat mudah ditebak bukan?. Hal yang dikerjakan dengan begitu terburu-buru dn tanpa perencanaan yang matang akan menghasilkan hasil yang tak baik dan tak berkualitas. Berkaca dari hal tersebut, sebenarnya saya dan beberapa kelompok yang masih jadi pengejar deadline sangat paham akan kerugian memiliki sifat untuk menunda tugas sebelum deadline. Tetapi, sifat pembelaan diri semakin menguat seiring dengan berbagai macam hal yang memanjakan diri dalam zona nyaman. Zona nyaman masih amat sangat lekat bagai mahasiswa yang berada pada semester-semester dini seperti semester 2-4. Zona nyaman ini tak ada salahnya jika dalam kondisi yang memungkinkan tetapi jangan sampai zona nyaman yang memperbudak diri.

Pengalaman saya menjadi pengejar deadline bukan hanya karena akibat dari kemalasan diri sendiri tetapi juga akibat pengaruh dari lingkungan sekitar. Saya pribadi sering memantau teman terdekat yang memiliki kepedulian terhadap sifat saling mengingatkan dan lebih enjoy dengan sifat menunda. Sifat menunda ini sepertinya memang sudah tertanam dan menjadi budaya bagi mahasiswa yang berada pada semester-semester awal khususnya. Yang mana dapat terlihat dari kesibukan-kesibukan yang nampak dari para mahasiswa menjelang deadline tugas dengan berbagai rutukan dalam hati. Terbentuk pula pola yang amat sangat berpatokan dengan orang yang rajin dalam suatu kelompok, apabila dia belum mengerjakan dan kumpul tugas maka yang lain juga akan mengikut. Hingga terbentuk mindset jika si A saja belum kumpul untuk apa juga kita terburu-buru untuk kumpul?. Dari sini terlihat bahwa kurangnya motivasi antara satu sama lain dalam hal mengingatkan hal ini. Yah meskipun kita selalu bersembunyi dalam kata kita bukan anak kecil lagi, kita sudah dewasa, sudah tau mana yang benar dan mana yang tidak. Sebagai mahasiswa sudah selayaknya tau mana yang lebih diprioritaskan dan mana yang tidak, tetapi apa salahnya dalam memotivasi dalam hal kebaikan. Meskipun motivasi bukan hanya sekedar kata tapi juga perilaku.

Dari hal tersebut dapat terlihat, bahwa masih amat sangat banyak mahasiswa yang menganggap enteng tugas yang diberikan serta merasa acuh dalam menghargai waktu yang diberikan. Bukan hanya sekedar itu, kita juga sudah mulai terbentuk menjadi mahasiswa yang individualis atau menjadi mahasiswa yang hanya peduli terhadap kelompoknya saja. Meskipun sebenarnya sifat demikian bukan mencerminkan sifat mahasiswa yang sebenarnya. Dari ini dapat terlihat pula bahwa sebagian penerus bangsa masih mengalami keterbelakangan pola pikir dan perilaku, meskipun telah berkutat dengan organisasi dan berselancar di sosial media untuk menambah wawasan dan menunjang materi perkualiahannya. Hal sepele seperti ini saja masih belum menumbuhkan kesadaran diri dari pribadi diri sendiri dan para pemuja deadline. Salah seorang dosen saya pernah mengatakan inilah bedanya kita dengan orang diluar sana, jangankan di negeri paman Sam dengan negeri tetangga saja, kita masih amat sangat tertinggal. Untuk apa membanggakan sumber daya alam kita ? padahal sebenarnya beberapa tahun kemudian itu akan habis dikeruk oleh orang luar jika kita masih tertinggal seperti ini. Disiplin waktu saja masih sangat rendang kesadarannya apalagi ingin bersaing dengan orang luar yang nota bene adalah orang-orang yang cepat.

Sejalan dengan hal itu juga terdapat berbagai macam keluhan yang mengatakan bahwa para pemberi tugas seenaknya dalam memberi tugas, sehingga tugas akan menumpuk setinggi gunung. Padahal jika ingin berpikir logis, para pemberi tugas tersebut juga telah mengalami hal yang demikian dan malahan lebih sulit dalam mendapatkan fasilitas untuk mengerjakan tugas tepat waktu. Tapi lihat orang-orang dengan fasilitas tak mempuni bisa sangat berjaya dan unggul dibanding dengan yang ada pada zaman ini. Hal inilah yang harusnya menjadi motivasi tersendiri bagi diri dan para pengejar deadline yang lain. Jangan sampai karena zaman yang semakin melenakan ini maka teknologi juga akan semakin memperbudak diri. Jangan hanya sekedar menyalahkan diri, lingkungan dan juga mengeluh dan melimpahkan kesalahan pada hal yang tak sepatutnya disalahkan. Tetapi tak bisa dipungkiri juga masih banyak mahasiswa penerus bangsa yang masih menghargai waktu dan kesempatan yang diberikan. Mari intropeksi diri masing-masing, jika sudah menyadari kesalahan sendiri, untuk apa mengulanginya lagi?. Memang sulit untuk keluar dari zona nyaman tapi bukannya tidak mungkin kan?. Selagi masih belum terlambat mari memperbaiki diri, ambil positifnya dan perbaiki negatifnya.

 

Satu pemikiran pada “Sang Pengejar Deadline

Tinggalkan komentar